Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mencicipi Kolo, Makanan Tradisional Khas Kabupaten Manggarai

ReyGina Wisata | Kabupaten Manggarai dikenal sebagai salah satu destinasi wisata yang indah dan menarik untuk dikunjungi. Kabupaten Manggarai mempunyai banyak wisata alam yang menakjubkan, wisata budaya dan lain sebagainya. Kabupaten Manggarai selalu menyajikan lanskap alam dan budaya yang tak pernah menciptakan Anda bosan.


Kabupaten Manggarai dikenal sebagai salah satu destinasi wisata yang indah dan menarik unt MENCICIPI KOLO, MAKANAN TRADISIONAL KHAS KABUPATEN MANGGARAI

Tak hanya itu, Kabupaten Manggarai juga mempunyai sejumlah masakan tradisional yang wajib Anda cicipi ketika berlibur di Nusa Tenggara Timur yang salah satunya adalah Makanan Khas Tradisonal Manggarai, Kolo atau Nasi Bakar.

Warga di Kabupaten Manggarai mempunyai masakan khas tradisional yang bercita rasa alami. Kolo atau Nasi Bakar demikianlah sebutan untuk masakan tradisional Manggarai ini yang dimasak dengan memakai bambu.

Menurut masyarakat setempat, Untuk dapat menghasilkan Kolo atau Nasi Bakar ini diharapkan materi berupa bambu muda dengan panjang sekitar 30 centimeter, beras dan bumbu dapur.

BACA JUGA : 10 Alasan Mengunjungi Taman Nasional Komodo Yang Megah

Kabupaten Manggarai dikenal sebagai salah satu destinasi wisata yang indah dan menarik unt MENCICIPI KOLO, MAKANAN TRADISIONAL KHAS KABUPATEN MANGGARAI

Cara memasak Kolo, Bahan-bahan menyerupai beras, air, dan bumbu masakan dimasukan ke dalam bambu. Setelah itu pada bab ujung bambu ditutup dengan memakai daun pisang kemudian di bakar sampai matang.

BACA JUGA : Wisata Pulau Alor

Kolo atau Nasi Bakar, Makanan Tradisional Khas Manggarai ini biasanya disajikan bersama ketika Pesta Adat Penti atau sukuran panen raya. Selain itu masakan tradisional khas Manggarai ini juga disajikan sebagai sajian utama pada program syukuran pergantian tahun.

Upacara Adat Penti merupakan ritual sebagai ungkapan rasa syukur atas panen serta kehidupan yang telah dilalui selama satu tahun terakhir. Upacara ini juga sebagai ungkapan mohon santunan serta keharmonisan kehidupan yang akan datang.

Upacara Adat Penti bisanya dilakukan ketika dimulainya kegiatan bercocok tanam atau berladang. Kegiatan ini wajib dilakukan secara turun temurun yang harus dijalankan sebagai wahana rasa syukur, berkumpulnya keluarga besar serta pemberkatan terhadap alam sekitar.

BACA JUGA : 12 Destinasi Favorit Untuk Diving dan Snorkeling di Nusa Tenggara Timur

Upacara Penti diselenggarakan  pada setiap bulan Oktober atau bulan November yang biasanya jatuh pada pertengahan bulan yang diisi dengan upacara adat, pemberkatan serta atraksi budaya yang sangat unik.  


SUMBER: wisata.nttprov.go.id